TANJUNG SELOR – Salah satu kebutuhan dasar yang menjadi perhatian Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kalimantan Utara (Kaltara), adalah memenuhi kebutuhan air baku masyarakat. Sejak awal berdiri, sinergi dengan pemerintah pusat, berbagai upaya pun telah dilakukan. Salah satunya dengan membangun sejumlah embung, sebagai penampung air baku.
Saat menghadiri talkshow ‘Respons Kaltara’, Senin (1/10) Kepala Satuan Kerja Pengelola Jaringan Sumber Air (PJSA) Balai Wilayah Kalimantan III Kementerian PUPR Donny Fathurochman mengungkapkan, telah dibangun sejumlah embung di Kaltara.
Salah satunya, di Kota Tarakan yang tengah dibangun dua embung baru oleh pemerintah. Yakni, Embung Rawasari dan Embung Indulung. Dengan dana sharing antara Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), pemerintah menargetkan pembangunan Embung Rawasari rampung tahun ini. Sementara Embung Indulung ditargetkan rampung 2020.
“Embung lainnya adalah Tanjung Agung di Tanjung Palas Timur dan satu embung di Pulau Bunyu, Kabupaten Bulungan. Termasuk pemerliharaan embung di Nunukan,” ujar Donny. Dikatakan, kebutuhan air bersih masyarakat cukup tinggi. Sementara sumber air baku terbatas, seperti di beberapa daerah kepulauan, seperti Tarakan, Bunyu, Nunukan maupun Sebatik.
Di Tarakan, kebutuhan air masyarakat setempat mencapai 900 liter per detik yang diperuntukkan bagi sekitar 200 ribu jiwa. Sementara, pasokan air yang baru dapat terpenuhi sekitar 400 liter per detik. “Di pulau kecil seperti Tarakan dan Bunyu kebutuhan airnya tidak bisa mengandalkan air tanah, karena terpengaruh air laut sehingga menjadi payau,” kata Donny.
Meski tidak bisa mengandalkan air tanah, curah hujan yang terbilang cukup tinggi setiap tahun, menjadi pertimbangan alternatif lain sebagai sumber air baku. Yaitu dengan membangun embung, untuk menampung curah hujan.
Melalui dua proyek embung di Tarakan, Embung Rawasari dan Embung Indulung nantinya memiliki kapasitas tampungan mencapai 235 ribu meter kubik dengan debit pengambilan sebesar 250 liter per detik utamanya untuk memenuhi kebutuhan air baku domestik dan industri.
Untuk Embung Rawasari sendiri, memiliki luas genangan 3,22 hektare dengan kapasitas tampung 112.000 meter kubik dan dibangun dengan anggaran Rp 68,44 miliar. Embung ini juga dilengkapi jaringan perpipaan sepanjang 4 kilometer, diameter 40 sentimeter dan dilengkapi 2 unit pompa dengan debit pengambilan sebesar 100 liter per detik. “Pengerjaan Embung Rawasari dikerjakan selama tiga tahap. Tahap I 2016 dan saat ini sudah masuk tahap kedua dan targetnya akan selesai akhir 2018,” ujarnya.
Sementara pembangunan Embung Indulung juga disertai pembangunan jaringan pipa air baku sepanjang 11 kilometer, 2 unit pompa, genset, pos jaga dan bangunan pelengkap lainnya untuk melayani kebutuhan air di tiga kelurahan yaitu Kelurahan Kampung I, Kelurahan Pantai Amal dan Kelurahan Kampung VI. Total biaya pembangunan embung mencapai Rp 168 miliar dengan luas genangan sebesar 2,62 hektare dan kemampuan tampungan efektif mencapai 123.000 meter kubik.
Tidak hanya di Tarakan, pembangunan embung di Desa Tanjung Agung, Kecamatan Tanjung Palas Timur juga dilakukan dalam tiga tahap. Selain sebagai sumber air baku, pembangunan embung yang didanai APBN ini, juga untuk mengatasi banjir musiman. Termasuk fungsi lainnya, sebagai tempat wisata.
Pembangunan tahap I yang dilaksanakan 2016 dialokasikan anggaran Rp 17,9 miliar. Kemudian dilanjutkan untuk tahap II dengan anggaran yang digelontorkan sekira Rp 11,1 miliar. Sedangkan tahap III pada 2018, dialokasikan Rp 19,8 miliar.
Embung yang dibangun dengan luas genangan air sekitar 2,1 hektare tersebut, bisa menampung air sekitar 61.430 meter kubik. Ditargetkan akan tuntas pada akhir 2018. Sementara embung di Pulau Bunyu, tahun kemarin dalam tahap pengadaan tanah. Lokasi lainnya, di Gunung Rian, Kabupaten Tana Tidung (KTT), dan Sungai Fatimah, serta embung Nunukan dalam tahap penyusunan UKL/UPL dan pembuatan Detail Engineering Design (DED).
Untuk diketahui, Respons Kaltara edisi kemarin mengambil tema pemenuhan sumber daya air di Kaltara. Selain Donny juga ada narasumber lain dari Satker terkair Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Sementara dari Pemprov, ada Kepala Dinas PUPR-Perkim Dr H Suheriyatna bersama beberapa Kabidnya.(humas)