Angka prediksi pertumbuhan ekonomi 2019 ini, dikatakan Gubernur Kaltara Dr H Irianto Lambrie, merupakan proyeksi atas penghitungan oleh Bank Indonesia Perwakilan Kaltara. Pertumbuhan utama ekonomi di Kaltara, menurutnya, bakal tertopang oleh membaiknya kinerja lapangan usaha industri pengolahan yang bersumber dari komoditas CPO (crude palm oil) kelapa sawit, seiring dengan kenaikan permintaan yang didukung oleh prospek perbaikan harga di 2019.
Gubernur mengungkapkan, berdasarkan hasil Indonesia Palm Oil Conference (IPOC) 2018, perang dagang AS-Tiongkok diperkirakan berdampak pada penurunan aktivitas ekspor-impor kacang kedelai. Hal tersebut akan membuat Tiongkok mencari sumber minyak nabati alternatif sehingga produk sawit Indonesia dapat menjadi pilihan yang tepat.
Tak hanya dari CPO kelapa sawit, dari lapangan usaha konstruksi, berlanjutnya pembangunan infrastruktur di Kaltara juga akan turut menjadi penopang pertumbuhan. “Akselerasi pembangunan infrastruktur oleh pemerintah daerah diperkirakan akan tetap tinggi di tahun 2019,” sebutnya.
Disampaikan, beberapa proyek strategis yang bersifat multiyears baik dari pemerintah dan swasta, seperti pembangunan PLTA Kayan Tahap I, Kota Mandiri Tanjung Selor, RSUD Tipe B Tanjung Selor, RS Pertamina dan gedung perkantoran serta jalan paralel perbatasan, akan menopang pertumbuhan lapangan usaha konstruksi.
“Konsumsi Lembaga Non-Profit Rumah Tangga (LNPRT) dan konsumsi pemerintah diperkirakan tumbuh lebih tinggi ditopang oleh dimulainya masa Pilpres dan Pileg tahun 2019 yang akan diselenggarakan pada pertengahan tahun 2019,” ujarnya.
Dalam kaitannya dengan upaya menggenjot pertumbuhan ekonomi, Gubernur mengatakan, pada tahun-tahun mendatang, khususnya di Kaltara diharapkan tak lagi mengandalkan sumber perekonomiannya pada pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) mineral. Tapi harus mengalihkan pandangan pertumbuhan perekonomiannya kepada kegiatan ekspor dan perdagangan.
Gubernur menyampaikan hal itu, berdasarkan pada informasi dan data yang valid dari BI. “Data yang disampaikan BI ini, selalu aktual, update, valid dan solid. BI Juga selalu mengupayakan adanya inovasi atau perubahan baru,” ujarnya.
Diungkapkannya, pada pertumbuhan ekonomi 2018, Kawasan Timur Indonesia, tak terkecuali Kalimantan, termasuk yang paling rendah kontribusinya untuk mendorong pertumbuhan perekonomian nasional. Padahal, SDA itu ada di kawasan ini, utamanya Kalimantan.
“Persoalannya, adalah negara ini masih bertumpu pada konsumsi, belum pada sisi produksi. Apabila ingin menjadi negara modern, kita harus mengarahkan prospek perekonomian kepada ekspor dan perdagangan. Apabila dinilai dari sisi itu, maka Pulau Jawa yang terbanyak karena masyarakatnya banyak. Dari itu, pemerintah di masa mendatang, harus ada upaya untuk mengubahnya. Kita bicara Indonesia sentris, bukan Jawa sentris,” beber Irianto.
Pun demikian, Gubernur mengakui bahwa tak bisa dipungkiri bahwa aspek pertambangan masih menjadi penyumbang pertumbuhan ekonomi terbesar di Kaltara. “Tapi, dari paparan BI, terlihat bahwa sumbangsih investasi juga cukup besar sekitar 32 persen. Ini kebanyakan berasal dari investasi pemerintah, baik yang bersumber dari APBN dan APBD. Kita juga mampu menarik dana pusat cukup besar. Pada 2018 saja, dana APBN yang dialokasikan untuk Kaltara baik yang dilaksanakan TKDD, Dana Desa dan lainnya sekitar Rp 10 triliun lebih, sementara penduduknya kurang dari 1 juta jiwa. Uang sebesar itu, tak bisa jalan sendiri ke Kaltara. Namun, ada yang mengawalnya,” urai Gubernur.
Pemprov Kaltara sendiri, ungkapnya, untuk menopang geliat ekspor dan perdagangan di Kaltara, salah satu strategi yang diterapkan adalah dengan menyediakan infrastruktur kelistrikan. “Insya Allah, Februari 2019 akan dimulai konstruksi PLTA Kayan I dengan daya sekitar 900 MW. Semoga simultan dengan tahap II dan selanjutnya. Listrik yang tersedia ini, akan digunakan untuk mengembangkan KIPI Tanah Kuning-Mangkupadi juga KBM Tanjung Selor dan kepentingan lain,” imbuhnya.(humas)