Cerahnews.com, Nunukan – Batu Lamampu, pantai indah di Pulau Sebatik Kabupaten Nunukan. Pulau terluar Indonesia yang berhadapan dengan Kota Tawau, Malaysia. Dalam kurun waktu satu dekade ini, hal itu membuat Pulau Sebatik jadi langganan kunjungan orang nomor satu di Republik ini. Tepatnya di Desa Tanjung Karang, Kecamatan Sebatik, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara. Pantai yang terhampar kurang dari 15 kilometer ini menjadi objek destinasi bagi pelancong lokal maupun luar Kalimantan Utara hingga Malaysia.
Suguhan panorama indah juga cuaca sejuk ditambah ramahnya warga setempat membuat Pantai Batu Lamampu tidak sepi pengunjung. Dihari-hari libur, tidak kurang dari 500 pengunjung memanjakan diri dan keluarga di pantai Batulampu ini. Jika tidak membawa bekal makanan, pengunjung dapat belanja di kios pedagang makanan, milik warga setempat. Harganya murah dan pas lidah. Selain itu, ada fasilitas gazebo untuk beristirahat.
Keindahan pantai dan keunikan Batu Lamampu adalah penyebab diminatinya destinasi ini. Tampak hamparan pasir coklat bersih dan tumpukan batu besar ditumbuhi ragam jenis tumbuhan menjadikan objek ini tidak luput dari aksi mengabadikan momen. Bagi pengunjung yang hobi mancing, juga dapat berlibur sambil melemparkan mata pancingnya ke laut. Pasalnya, dipantai tersebut ada batu yang timbul dan menjorok ke laut. Batu itu dijadikan tempat memancing oleh warga setempat juga wisatawan yang hobi mancing.
Batu Lamampu berasal dari bahasa Tidung, artinya batu timbul dan tersusun ke arah laut. Ada juga yang berpendapat bahwa Batu Lamampu adalah batu yang mampu. Bagi sebagian masyarakat meyakini bahwa tempat tersebut memiliki aura mistik, sehingga kerap ditempati ritual dengan meminta sesuatu diatas Batu Lamampu.
Menurut warga setempat, Yusuf 32 tahun, awal mula kata Batu Lamampu ini berasal dari obrolan pendudukan zaman dahulu. Ketika itu seseorang bersuku Tidung melintas diperkampungan lalu ditanya tentang asalnya. Orang tersebut menjawab Batu Lamampu sambil menunjuk ke arah pantai, disana ada batu besar yang bertumpuk.
“Dulu ada seorang suku Tidung yang ditanya oleh warga setempat mengenai tempat tinggalnya, karena berbeda bahasa, dia langsung menunjuk ke pantai yang ada batu dan berkata Batu Lamampu” ujar Yusuf.
Keindahan dan keunikan pantai Batu Lamampu bukan tidak terancam akan sepi pengunjung, manakala kurang perhatian Pemerintah dan warga setempat, pasalnya air laut terus menghantam pesisir dan menyebabkan abrasi. Pohon teduh akan silih berganti tumbang, sampah bertumpuk terbawa arus kebibir pantai. Hal ini lambat laun menjadi penyebab Pantai Batu Lamampu sepi pengunjung.
“Sampahnya masih berserakan karena sebagian pengunjung yang kurang sadar akan kebersihan dan jalannya telah dipindah karena jalan yang lama sudah terkikis ombak” ujar Avik.
Destinasi ini harus mendapatkan perhatian khusus oleh pemerintah dan kesadaran warga setempat karena sangat berpotensi menjadi wisata terbesar di Pulau Sebatik. Pantai ini harus indah karena merupakan beranda Indonesia.(yus)