JAKARTA – Bertempat di Kampus Lembaga Administrasi Negara (LAN) RI Pejompongan, Gubernur Kalara, Dr H Irianto Lambrie hadir menjadi mentor pada Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan (Diklatpim) Tingkat I, Sekretaris Provinsi (Sekprov) Kaltara, H Suriansyah.
Sebagai mentor, Gubernur tentu mengapresiasi proyek perubahan (Proper) yang disajikan. Proper dengan judul ‘Strategi Kaltara Sehat Melalui Optimalisasi Layanan Dokter Terbang di Daerah Terpencil, Perbatasan dan Kepulauan di Provinsi Kalimantan Utara, ini kata Gubernur merupakan salah satu perhatian khusus pemerintah saat ini.
Dikatakannya, Kaltara memiliki wilayah yang cukup luas, sehingga perlu dilakukan terobosan untuk mempercepat akses pelayanan kesehatan terhadap masyarakat Daerah Tertinggal, Perbatasan dan Kepulauan (DTPK). “Upaya pelaanan kesehatan DTPK di Kaltara sangat mendapat perhatian khusus,”kata Gubernur.
Terpenuhinya layanan kesehatan bermutu di DTPK juga akan turut mengkonsolidasi persatuan nasional dan menjaga keutuhan NKRI. Pasalnya, jika pelayanan kesehatan terlihat timpang, maka akan timbul keinginan masyarakat untuk mendapatkan layanan kesehatan yang layak dari negara tetangga. “Oleh karena itu, hak masyarakat perbatasan agar mendapatkan layanan kesehatan harus terpenuhi,”jelasnya.
Seperti diketahui, Kaltara memiliki 56 Puskesmas yang tersebar di 5 kabupaten/kota. Namun, pelayanan di puskesmas hanya pada tingkat dokter umum, padahal ada beberapa penyakit yang semestinya menjadi kompetensi doktet spesialis atau tindakan medik spesialistik. Karena itu selayaknya, masyarakat di DTPK juga bisa mendapatkan pelayanan kesehatan dari dokter spesialis untuk penyakit-penyakit tertentu. Sehingga dengan begitu, pelayanan kesehatan du DTPK dapat berjalan optimal serta memenuhi Nawacita ke-5 Presiden Joko Widodo.
Program dokter terbang merupakan pelayanan kesehatan untuk daerah DPTK yang kesulitan akses mendapatkan pelayanan kesehatan. Sejak dimulai pada 2014, hingga Agustus 2019, program dokter terbang sudah melayani 8.835 warga di wilayah DPTK. Yakni, pada tahun 2014 sebanyak 265 pasien, di tahun 2015 sebanyak 767 pasien. Lalu ditahun 2016 sebanyak 475 pasien, dan di tahun 2017 sebanyak 1.872 pasien. Kemudian di tahun 2018 sebanyak 2.677 pasien. Dan, per Agustus 2019 sebanyak 2.779 pasien telah mendapatkan pelayanan kesehatan lewat program ini. (humas)