Untuk TPA Pulau Sebatik, pengerjaan fisiknya sudah 100 persen dengan nilai kontrak sebesar Rp 14.852.213.000. Penganggarannya melalui Satker terkait dari Kementerian PUPR. Dengan dana sebesar itu, TPA Pulau Sebatik yang menggunakan sistem sanitary landfill diharapkan mampu mencakup layanan pengelolaan sampah bagi 18 ribu jiwa penduduk di wilayah Pulau Sebatik. “TPA ini memiliki luas lahan sekitar 2 hektare, dan untuk landfill-nya sendiri menggunakan lahan seluas 0,8 hektare,” urai Irianto.
TPA ini dibangun di Desa Bukit Aru Indah, Kecamatan Sebatik Tengah. Lokasinya cukup jauh dari permukiman penduduk. Selain landfill, APBN juga digunakan untuk membangun kolam Instalasi Pengolahan Leachate (IPL), drainase, jalan operasi dan gedung kantor. Pembangunan berjalan sejak April hingga Desember 2017. “Selama ini, pengelolaan sampah di Pulau Sebatik masih menggunakan sistem open dumping. Jadi, dengan TPA sistem sanitary landfill ini diharapkan pengelolaan sampah menjadi lebih baik,” ulasnya.
Proyek APBN lainnya yang juga ditinjau Gubernur, adalah pembangunan drainase lingkungan Pulau Sebatik. Dari penjelasan, pihak DPUPR-Perkim Kaltara diketahui bahwa proyek ini direalisasikan di 2 desa. Yakni di Desa Sei Pancang, Kecamatan Sebatik Utara pada 2017, dan Desa Sungai Nyamuk, Kecamatan Sebatik Timur pada 2018.
Irianto mengatakan, pada 2017 drainase lingkungan yang dibangun APBN menyasar 5 lokasi di Desa Sei Pancang. Yakni, Jl Lorong H Sakka, Jl Ki Hajar Dewantara, Jl Lorong Hj Beddu, Jl Lorong Hj Jambi, dan Jl Hj Mahmud-Hj Badanu. Alokasi anggarannya sekitar Rp 2.931.955.000. Total panjang drainase yang dibangun sekitar 2 kilometer. Sementara di 2018, proyek ini berlokasi di Desa Sei Nyamuk dengan 4 lingkup kegiatan. Yaitu, kawasan Jl H Badannu, Jl Bakti Husada, Gang H Nori, dan Gang H Bahri. Anggarannya sekitar Rp 3.555.836.000 untuk total panjang drainse sekitar 2,8 kilometer. “Sangat diharapkan dengan dibangunnya drainase ini, dapat mengatasi permasalahan genangan air dan banjir di kedua desa. Sekaligus untuk mewujudkan Akses Universal 100 0 100,” tutur Irianto. Kedua kegiatan sendiri, telah terealisasi 100 persen untuk fisik dan keuangannya.
Proyek lain yang didanai APBN dan dibangun di Pulau Sebatik, adalah SPAM Ibukota Kecamatan (IKK) Lapio Kabupaten Nunukan. SPAM ini dibangun dengan nilai kontrak awal sekitar Rp 11,2 miliar. Lalu, diadendum kontrak I sebesar Rp 11,985 miliar dan adendum kontrak 2 senilai Rp 11,985 miliar. “SPAM ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan air minum bagi masyarakat di Kecamatan Sebatik Barat dan sekitarnya. Adapun target Sambungan Rumah (SR) pada 2018, setara dengan 8 ribu jiwa,” papar Gubernur.
Di Sebatik Barat sendiri, ada 5 desa yang menjadi target yakni Desa Bambangan, Lapio, Liang Bunyu, Binalawan dan Setabu. “APBN digunakan untuk melakukan pekerjaan unit air baku dan transmisi, pekerjaan perbaikan IPA kapasitas 20 liter per detik, serta pengadaan dan pemasangan pipa lengkap dengan aksesoris dan jembatan pipa. Sementara APBD mendanai pemasangan pipa tersier dan SR-nya,” beber Irianto.
Dari skematik SPAM tersebut, IPA berkapasitas 20 liter per detik berada di Desa Setabu. SPAM ini mengandalkan sumber air Sei Binasalam lewat proses intake dengan pipa transmisi sepanja 8.481 meter menuju IPA Setabu. Dari IPA Setabu, air yang diolah ditampung pada reservoir 500 meter kubik yang kemudian disalurkan ke rumah-rumah warga melalui House Conection. “Saat ini, eksisting daerah yang dilayani adalah Desa Setabu (bagian barat) 152 SR (913 jiwa) dan Desa Binalawan 361 SR (2.167 jiwa). Rencana pelayanan akan ditambah ke Desa Setabu (bagian timur) 152 SR (913 jiwa), Desa Bambangan 429 SR (2.578 jiwa), dan Desa Liang Bunyu 316 SR (1.901 jiwa),” tutup Gubernur.(humas)