TANJUNG SELOR – Sejumlah wilayah di Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara), rawan bencana. Kerentanan bencananya, mulai dari banjir, tanah longsor, gempa bumi, dan lainnya. Untuk itu, mitigasi bencana atau serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana perlu dikedepankan. Ini disampaikan Gubernur Kaltara, Dr H Irianto Lambrie saat memimpin apel pembentukan Kampung Siaga Bencana (KSB) “Tri Tunggal” Desa Wonomulyo, Tanjung Agung dan Sajau, Kecamatan Tanjung Palas Timur di lapangan futsal Desa Wonomulyo, Kamis (17/10) siang.
Menurut Irianto, mitigasi bencana patut dikedepankan. Utamanya, di era kemajuan teknologi informasi dan komunikasi saat ini. “Bentuk mitigasi bencana tersebut, dapat berupa disiplin, gotong royong dan sikap selalu siap dan waspada. Ini menjadi upaya dini untuk mencegah terjadinya korban jiwa maupun harta,” kata Gubernur.
Bentuk bencana lain yang juga patut menjadi perhatian seluruh pihak, adalah bencana akibat perbuatan manusia. Seperti kebakaran hutan dan lahan, dan lainnya. “Bumi, saat ini semakin berat beban yang ditanggungnya. Hal itu diperparah dengan banyaknya kerusakan yang terjadi diatas muka bumi. Akibatnya, muncul perubahan iklim global yang memicu meningkatnya frekuensi bencana alam,” urai Irianto.
Dorongan untuk bersiapsiaga menghadapi bencana juga dilakukan pemerintah. Salah satunya, lewat pembentukan program KSB. “Pembentukan KSB jangan hanya seremonial tapi harus ada tindak lanjut dan prakteknya. Harus ada pelatihan yang intensif dari setiap organisasi masyarakat sehingga masyarakat lebih siap menghadapi bencana yang tak dapat diduga datangnya,” ungkap Gubernur.
Terhadap KSB yang sudah ada, Gubernur berpesan agar mewaspadai bencana yang dapat terjadi tanpa mengenal waktu. Adapun bencana yang saat ini, patut diwaspadai di Kaltara adalah banjir. “Bencana banjir dapat diatasi dengan saluran air yang baik, juga membangun sikap untuk tidak membuang sampah sembarangan. Mari luruskan langkah untuk sadar dan menyikapinya,” beber Irianto.
Dalam mendukung upaya tersebut, pemerintah sejak 2017 sudah mencanangkan Gerakan Indonesia Bersih. Dengan gerakan ini, diharapkan sungai bersih dari sampah. Utamanya, sampah plastik. “Saya berharap pemerintah kabupaten dan kota di Kaltara dapat terus peduli pada masalah kebersihan sungai. Ini demi kenyamanan dan kesehatan hidup masyarakat. Di Kaltara, pembersihan sungai diawali dari Sungai Buaya dan Sungai Selor yang tertutup tumbuhan liar,” tutup Gubernur.(humas)