TANJUNG SELOR – Pada Januari 2019, berdasarkan rilis Perkembangan Eskpor dan Impor Indonesia Januari 2019 dari Badan Pusat Statistik (BPS) RI, sumbangan Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara) terhadap ekspor nasional mencapai 0,74 persen atau senilai USD 102,1 juta. Adapun nilai ekspor Indonesia sendiri, mencapai USD 13,87 miliar. Nilai ini turun 3,24 persen dibandingkan ekspor Desember 2018 yang mencapai USD 14.333,2 juta. Begitu pula dibandingkan dengan Januari 2018, sebesar 4,70 persen.
Melihat fakta itu, Gubernur Kaltara Dr H Irianto Lambrie mengaku optimis peran provinsi termuda di Indonesia ini, akan terus meningkat dari tahun ke tahun. “Kaltara sampai saat ini, masih mengandalkan ekspor non migas (minyak dan gas bumi). Utamanya, batubara dan kelapa sawit, juga sektor perikanan khususnya ekspor udang beku,” kata Gubernur, Senin (18/2).
Sumbangsih ekspor Kaltara bulan lalu itu, masih jauh lebih baik dibandingkan sejumlah provinsi yang sudah lama berdiri. Seperti DI Yogyakarta yang mencapai 0,26 persen, Nusa Tenggara Timur (NTT) 0,03 persen, Bali 0,36 persen, Sulawesi Utara 0,47 persen, Aceh 0,15 persen, dan lainnya. “Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kaltara saat ini memiliki keinginan untuk mengubah paradigma struktur perekonomian Kaltara. Dari sektor pertambangan ke sektor industri pengolahan dan turunannya serta sektor lainnya. Ini akan mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi, yang juga melecut sumbangsih Kaltara terhadap ekspor nasional,” urai Irianto.
Komoditas ekspor utama nasional, juga Kaltara adalah non migas. Dari catatan BPS RI, ekspor non migas Januari 2019 mencapai USD 12,63 miliar, naik tipis
0,38 persen dibanding Desember 2018. Sementara itu dibanding
ekspor nonmigas Januari 2018, turun 4,50 persen. Secara nasional, ekspor non migas Januari 2019 terbesar adalah ke Tiongkok yaitu USD 1,71 miliar, disusul Amerika Serikat USD 1,51 miliar dan Jepang USD 1,20 miliar, dengan kontribusi ketiganya mencapai 34,96 persen. Sementara ekspor ke Uni Eropa (28 negara) sebesar US$1,38 miliar.(humas)