“Di Kaltara semua daerah dikatakan sebagai endemis DBD. Karena di semua kabupaten/kota di sini sudah pernah ditemukan DBD. Hal utama yang perlu kita lakukan adalah pencegahan. Dan di situ peran masyarakat yang paling diharapkan,” ujar Usman, Kepala Dinkes Kaltara yang hadir sebagai nara sumber Respons Kaltara dengan tema KLB (kejadian luar biasa) – DBD.
Dikatakan, tindakan penanganan DBD, tidak hanya oleh pemerintah. Akan tetapi peran masyarakat juga sangat diperlukan. Mengapa demikian? Karena dalam program yang saat ini sedang disosialisasikan oleh pemerintah yaitu Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), dengan 3M Plus sangat membutuhkan peran masyarakat.
Sasaran utama gerakan 3M Plus, sendiri, lanjutnya, adalah sarang nyamuk Aedes Aegypti. Dijelaskan, nyamuk jenis ini suka hidup dan berkembang biak di air bersih dan jernih. Aktif di siang hari, sehingga pada waktu itu masyarakat sangat rawan gigitan nyamuk ini.
“Gerakan 3M Plus ini, harus dilakukan secara kontinue. Caranya, dengan sering menguras tempat penampungan air, menutup rapat wadah penampungan air dan mengubur barang bekas yang berpotensi menjadi penampungan air dan bisa dijadikan tempat bertelur nyamuk Aedes Aegypti,” ungkap Usman yang dalam kesempatan itu didampingi Agust Suwardi, Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Kaltara.
Selain itu, untuk melindungi diri dari gigitan nyamuk, masyarakat disarankan untuk menggunakan semprotan pembasmi nyamuk atau lotion. Untuk penanganan secara wilayah, menurut Usman, telah dilakukan fogging atau pengasapan yang dikoordinir Dinkes kabupaten/kota se-Kaltara di wilayah yang rawan perkembangbiakan nyamuk Aedes Aegypti. Selain itu, Dinkes Kaltara juga memberikan dukungan lewat pemberian bubuk abate ke setiap kabupaten/kota. Sejauh ini, sudah 1.200 botol bubuk abate disebar ke seluruh kabupaten/kota.
Sementara itu, untuk melakukan pencegahan dini, Dinkes Kaltara telah membentuk tim gerak cepat penanganan DBD. Selain itu, Dinkes Kaltara juga mengusulkan pengadaan alat Rapid Diagnostik Test (RDT), yaitu alat yang digunakan untuk mendiagnosa secara cepat DBD. “Usulan kita sudah disetujui dari pusat, dan sekarang dalam perjalanan pengiriman ke Kaltara,” imbuhnya. (humas)